KISAH INSPIRATIF : IMAM HAMBALI DAN PENJUAL ROTI AHLI ISTIGHFAR
Suatu waktu saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak.
Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya saya pergi
sendiri menuju ke kota Bashroh.
Saat tiba di sana waktu
Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang,
kemudian saya ingin istirahat.
Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, saya ingin tidur di masjid,
tiba-tiba Marbot masjid datang menemui saya sambil bertanya "kenapa
syaikh, mau ngapain di sini?".
(kata "syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang
tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini
panggilan sebagai orang tua, karena taunya saya sebagai orang tua).Marbot tidak
tau siapa saya. Dan saya pun tidak memperkenalkan siapa saya. Di Irak, insya
Allah semua orang kenal saya.
Saya jawab "saya ingin istirahat, saya musafir".
Kata marbot, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid."
Marbot pun mendorong-dorong saya disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar
masjid, dikunci pintu masjid.
Lalu saya ingin tidur di teras
masjid."
Ketika sudah berbaring di teras masjid
Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada saya. "Mau ngapain lagi
syaikh?" kata marbot.
"Mau tidur, saya musafir"
kata saya.
Lalu marbot berkata, "di dalam
masjid gak boleh, di teras masjid juga gak boleh".
Saya diusir. Saya didorong-dorong sampai jalanan.
Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan
menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, yang ternyata melihat
saya didorong-dorong oleh marbot tadi.
Waktu saya sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh
"mari syaikh, Anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat,
meskipun kecil".
Saya jawab, "baik". Saya masuk ke rumahnya, duduk di belakang
penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan diri detail,
hanya bilang sebagai musafir).
Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau saya ngajak ngomong,
dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan
istighfar, Astaghfirullah, saat naruh garam astaghfirullah, mecahin telur
astaghfirullah, campur gandum astaghfirullah. Senantiasa mendawamkan istighfar.
Sebuah kebiasaan mulia.
Saya memperhatikan terus.
Lalu saya bertanya "sudah berapa
lama kamu lakukan ini?".
Orang itu menjawab
"sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak
itu saya lakukan".
Saya bertanya "ma tsamarotu fi'luk?", "apa hasil dari
perbuatanmu ini?", orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar)
tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang
saya minta ya Allah...., langsung diterima".
(memang Nabi SAW. pernah bersabda "siapa yang menjaga istighfar, maka
Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan
berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya").
Lalu orang itu melanjutkan "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih
satu yang belum Allah kasih".
Saya penasaran lantas bertanya
"apa itu?".
Kata orang itu "saya minta kepada
Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad".
Seketika itu juga saya bertakbir, "Allahuakbar, Allah telah
mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashroh dan bahkan sampai
didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena
istighfarmu".
(penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah
Imam Ahmad).
"Kisah Ulama Ahlussunah Wal Jamaah" dikumpulkan oleh LTN Nahdlatul Ulama.
Sumber : Manakib Imam Ahmad bin Hambal murid Imam Syafi'i.
mantap
ReplyDelete